LOKSADO
WITH FRIENDS
Embun pagi belum
selesai meneteskan rintiknya, aku telah membayangkan seperti apa loksado,
daerah yang disebut-disebut sebagai wisata kunjungan banyak orang, tempat itu
terletak di Hulu Sungai Selatan, Kandangan. Tak terpikirkan sebenarnya
sebelumnya, aku diajak oleh seorang wanita berparas indah yang kukenal lewat
pelayanan kesehatan. Loksado, air terjun, bambu rapting, bukit langgam. Itu tempat yang akan kami lalui.
Waktu itu pukul
9.00 wita, aku yang pertama datang, menunggu di depan Puskesmas, tak berapa
lama kemudian, datang dia bersama temannya membawa perlengkapan camping,
seperti matras dan tenda, makanan, pakaian, dll. Tak lama kemudian, datang lagi
kawan, dan datang lagi. Hingga total ada 6 termasuk saya yang berangkat ke
Loksado... Berangkat..
Sepanjang jalan
kami mendengar lagu, bercanda, berfoto, bercengkrama, bercerita bersama, ada
Roni, saya (Agung), Duratunnafisah, Wulan, Febry dan Ulfah. Pukul 13.30 wita
kami sampai di Loksado, setelah melewati jalan panjang, kota, desa, hutan,
terlihat juga beberapa wisata di sepanjang jalan, yang semuanya merupakan
ciptaan Tuhan YME yang sedemikian rupa begitu indah. Tak ketinggalan makanan
khas daerah berjejer di sepinggir jalan. Sebelumnya kami makan siang terlebih
dahulu dan shalat.
“Naik-naik ke
puncak gunung, tinggi-tinggi sekali”, jalan yang berliku tajam dan mendaki
tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap sampai ke sana. Sekitar 30 menit
sebelum samapi ke tempat, hujan deras mengguyur mobil, dan jalan. Yeah, kita telah
sampai, arus sungai terdengar sangat nyaring di sini, untuk menempuh air terjun
loksado, harus menggunakan sepeda motor, kurang lebih 30 menit untuk sampai.
Kami pun berangkat menggunakan 4 sepeda motor, jalan sempit dan berbatu, penuh
lubang tak membuat kami goyah sedikitpun, kami terus menerjang.
“Lihat, itu air terjunnya, yee, kita sudah sampai, ayo foto-foto”, kata
Wulan sambil mengayunkan tangannya mengajak, jika dilihat memang top score dalam
pertandingan foto adalah Wulan, sebelum berangkat juga mengosongkan memori Hp.
Dan gayanya yang paling kece adalah Ulfah. Dan sebagai pemandu yang hapal jalan
dan sarat akan cerita adalah Roni. Duratunnafisah sangat menikmati pemandangan
dan terlihat wajahnya yang ceria dengan pipinya yang kemerahan. Febri cocok
sebagai notulen cerita dengan gaya lawaknya yang khas. Dan aku juga menikmati
pemandangannya karena baru juga pertama kali melihat.
Sekitar jam
17.30 wita kita baru kembali pulang ke perkemahan, awalnya kami ingin
mendirikan tenda, tapi Roni mengecek harga di penginapan sekitar sana yang
mungkin cocok, karena hari hujan, belum juga mendirikan tenda, belum lagi malam
nanti kami harus masak, dan juga shalat. Dan akhirnya kami pun beristirahat di
penginapan.hee
Alhamdulillah,
kami pulang dengan rasa yang sangat puas telah menaklukkan gunung dan air
terjun, dan benar-benar merasakan indahnya ciptaan Tuhan, kedua tempat itu juga
dipilih karena prosesnya yang tidak mudah untuk ke sana, tantangannya yang
cukup sulit...
Terima kasih..
Ini ceritaku, apa
ceritamu...